BERIKABARNEWS l – Google Cloud, unit komputasi awan milik Alphabet, memperluas kemitraan strategis dengan perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks untuk mempercepat pengembangan layanan berbasis kecerdasan buatan atau AI. Kesepakatan yang diumumkan Jumat waktu setempat ini disebut sebagai kontrak layanan keamanan terbesar dalam sejarah Google Cloud.
Dalam kerja sama tersebut, Palo Alto Networks berkomitmen menginvestasikan hampir 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp155 triliun kepada Google Cloud dalam beberapa tahun ke depan. Investasi ini menjadi kelanjutan dan peningkatan signifikan dari kemitraan kedua perusahaan yang telah terjalin sejak 2018.
Sebagian besar dana akan digunakan untuk memigrasikan layanan dan infrastruktur Palo Alto Networks ke platform Google Cloud. Selain itu, investasi besar juga dialokasikan untuk pengembangan solusi keamanan siber berbasis AI guna menghadapi ancaman digital yang semakin kompleks.
Ekspansi Layanan Keamanan Berbasis AI
Presiden Palo Alto Networks BJ Jenkins menyatakan pesatnya adopsi AI telah meningkatkan kebutuhan akan sistem keamanan yang lebih canggih. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Chief Revenue Officer Google Cloud Matt Renner, yang menegaskan bahwa AI mendorong lonjakan permintaan terhadap layanan keamanan siber modern.
Kemitraan ini difokuskan pada penguatan pertahanan terhadap serangan siber yang kini banyak memanfaatkan teknologi AI generatif. Dengan menggabungkan teknologi cloud Google dan keahlian keamanan Palo Alto, kedua perusahaan menargetkan solusi perlindungan digital yang lebih adaptif.
Langkah ini juga mempertegas ambisi Google Cloud dalam persaingan dengan Amazon Web Services dan Microsoft Azure. Di tengah percepatan adopsi AI oleh perusahaan global, keamanan siber menjadi faktor kunci dalam pemilihan penyedia layanan cloud.
Saat ini, Google masih menunggu persetujuan regulator atas rencana akuisisi perusahaan keamanan Wiz senilai sekitar Rp496 triliun. Sementara itu, Palo Alto Networks juga agresif berekspansi melalui rencana pembelian perusahaan perangkat lunak Chronosphere senilai sekitar Rp52 triliun.
Baca Juga : Trump Mulai Tinjau Izin Ekspor Chip AI Nvidia H200 ke China
BJ Jenkins menilai tantangan keamanan di era AI menyerupai fase awal adopsi cloud, ketika ancaman berkembang lebih cepat dari sistem pertahanan.
Serangan siber kini bahkan memanfaatkan teknologi AI generatif yang sama dengan yang digunakan penyedia keamanan.
Sebagai catatan, CEO Palo Alto Networks Nikesh Arora merupakan mantan eksekutif senior Google yang pernah menjabat sebagai Chief Business Officer hingga 2014, faktor yang dinilai turut memperkuat sinergi strategis kedua raksasa teknologi tersebut. *
Sumber :
Reuters
