BERIKABARNEWS l PONTIANAK – Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, melakukan inspeksi lapangan ke Pabrik Tahu di Gang Kurnia, Jalan Parit Pangeran, Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak Utara, Senin (25/8). Peninjauan ini menindaklanjuti laporan masyarakat di media sosial terkait dugaan pencemaran lingkungan akibat limbah produksi tahu.
Dalam kunjungan tersebut, Bahasan didampingi Camat Pontianak Utara, Lurah Siantan Tengah, serta jajaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Inspektorat Kota Pontianak. Dari hasil pengecekan, ditemukan bahwa pabrik tahu sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun belum berfungsi optimal.
“Alhamdulillah mereka sebenarnya sudah punya IPAL, hanya saja belum sempurna. Kemungkinan karena kapasitas produksinya meningkat, sehingga perlu disempurnakan lagi. Faktanya tidak seburuk yang beredar di media sosial,” ujar Bahasan usai peninjauan.

DLH Akan Dampingi Pengelolaan Limbah
Bahasan menambahkan, pihak pengelola pabrik menunjukkan sikap kooperatif dan siap menerima pembinaan dari DLH. Langkah ini dinilai penting agar kualitas air limbah yang dibuang tidak mencemari lingkungan.
“Pada prinsipnya mereka minta dibina. DLH akan melakukan pendampingan, memberi arahan bagaimana IPAL yang benar, sehingga ke depan tidak ada lagi keluhan pencemaran,” tegasnya.
Selain menyoroti limbah, Bahasan juga mengapresiasi keberadaan pabrik tahu yang telah beroperasi belasan tahun dan menyerap tenaga kerja lokal.
“Ada dua pabrik tahu di sini. Keduanya cukup membantu warga sekitar karena merekrut puluhan tenaga kerja. Ini patut kita dukung, asal tetap memperhatikan lingkungan,” ujarnya.
Baca Juga : Sungai Raya Geger! Pria Ditemukan Tewas di Pinggir Jalan
Pabrik Tahu Serap Tenaga Kerja Lokal
Sementara itu, pengelola pabrik, Wawan Darmawan (53), menegaskan pihaknya berkomitmen menjaga agar operasional tidak menimbulkan masalah bagi warga sekitar.
“Kami sudah berdiri sekitar 15 tahun. Dulu memang sempat ada keluhan soal limbah, tapi sejak dibuatkan IPAL sekitar delapan tahun lalu, sudah jarang bahkan hampir tidak pernah lagi ada keluhan,” jelasnya.
Setiap hari, pabrik memproduksi 7.000–8.000 biji tahu dari 300 kilogram kedelai. Produk tersebut dipasarkan ke berbagai kawasan di Pontianak, termasuk Pasar Flamboyan, Kota Baru, dan sekitar Siantan.
“Kami melibatkan hampir 15 pekerja yang semuanya berasal dari lingkungan sekitar. Jadi, usaha ini juga membuka lapangan kerja bagi warga,” tambah Wawan.
Ia juga menyebut tantangan terbesar pabrik adalah ketersediaan kayu bakar karena masih menggunakan peralatan tradisional. Proses produksi dimulai sejak pukul 03.00 dini hari hingga sore.
“Dengan bahan bakar kayu yang kami beli dari pemasok. Memang masih tradisional, tapi ini yang bisa kami lakukan,” tutupnya. (ndo)