BERIKABARNEWS l JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan penurunan signifikan angka stunting dan kematian balita di Indonesia. Upaya ini diwujudkan melalui intervensi kesehatan dasar yang lebih terintegrasi, dengan fokus utama pada 16 provinsi yang mencatat kasus tertinggi.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Sekolah Kemenkes, Wira Hartiti, menekankan bahwa keberhasilan target turunkan stunting ini sangat bergantung pada pemantauan rutin, edukasi gizi, serta intervensi preventif yang dimulai sejak masa neonatal.
Dalam kegiatan Evaluasi Program Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Jakarta, Selasa (14/10/2025), Wira mengungkapkan bahwa konsentrasi kasus stunting nasional cukup tinggi.
“Sekitar 80 persen kasus stunting secara nasional terkonsentrasi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan NTT, dengan total mencapai 3,6 juta anak,” jelas Wira.
Meskipun secara persentase NTT, Sulawesi Barat, NTB, Maluku Barat Daya, dan Papua Barat menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi, data menunjukkan bahwa sebagian besar kasus stunting absolut berada di wilayah padat penduduk.
Angka Kematian Balita Masih Tinggi
Wira juga menyoroti data Angka Kematian Bayi (AKB) yang saat ini 16,85 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AkBa) 19,83 per 1.000 kelahiran hidup.
Meskipun telah terjadi penurunan, Wira mengingatkan bahwa angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya, dengan sebagian besar kasus kematian terjadi pada masa neonatal.
Untuk mencapai target turunkan stunting dan angka kematian, Kemenkes akan memperkuat sejumlah langkah.
“Kita harus memperkuat intervensi gizi, cegah infeksi, dan tata laksana yang tuntas agar angka stunting tidak naik kembali. Monitoring sistematis dan kolaborasi lintas sektor sangat penting,” tegas Wira Hartiti.
Baca Juga : Pemerintah Pusat dan Daerah Tegaskan Komitmen Tangani Radiasi Cesium-137 di Cikande

Visi 2045: Stunting di Bawah 5 Persen
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan human capital index dan daya saing Indonesia, Kemenkes menargetkan prevalensi stunting nasional turun drastis menjadi 5 persen pada tahun 2045.
“Keberhasilan program ini menuntut sinergi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat,” tutupnya.
Adapun 16 provinsi yang menjadi fokus intervensi terintegrasi tersebut meliputi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, NTT, Banten, Aceh, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Sumatra Barat, Lampung, Riau, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Selatan. *
InfoPublik.id