BERIKABARNEWS l TOKYO – Nilai tukar yen Jepang melemah tajam pada Kamis (13/11/2025), mencapai rekor terendah terhadap euro dan mendekati titik terendah sembilan bulan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan yen terjadi setelah Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi, meminta Bank of Japan (BOJ) agar berhati-hati dalam menaikkan suku bunga.
Pada perdagangan Asia pagi ini, yen sempat menyentuh 179,50 per euro sebelum sedikit menguat ke 179,43. Terhadap dolar AS, yen melemah hingga 155,02, mendekati posisi terendah sebelumnya di 155,05, level yang terakhir terlihat pada awal Februari 2025.
Pernyataan Takaichi yang menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dengan suku bunga rendah dinilai pasar sebagai sinyal dovish. Meski demikian, Menteri Keuangan Jepang, Satsuki Katayama, memberikan peringatan keras mengenai pelemahan yen yang dianggap terlalu cepat dan sepihak.
Analis memperkirakan pelemahan berkepanjangan ini bisa memaksa BOJ untuk menaikkan suku bunga pada Desember guna menahan tekanan inflasi, khususnya pada sektor makanan dan energi. Peluang kenaikan suku bunga seperempat poin diperkirakan naik dari 22% menjadi 43% untuk Januari mendatang.
“Pelemahan yen kemungkinan akan semakin membuat pemerintah Jepang gugup,” ujar Norihiro Yamaguchi, ekonom Oxford Economics.
“Untuk menahan depresiasi yen, pemerintah akhirnya mungkin harus mengizinkan BOJ menaikkan suku bunga.”
Baca Juga : Taiwan Siaga Hadapi Topan Fung-wong, Ribuan Warga Dievakuasi dari Wilayah Rawan
Dolar Australia Menguat Didorong Data Ketenagakerjaan Positif
Sementara yen terus tertekan, dolar Australia (AUD) justru menguat ke level tertinggi dua minggu. Penguatan ini didorong oleh data ketenagakerjaan Australia yang menunjukkan kinerja lebih baik dari perkiraan, sehingga menurunkan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA).
Data resmi menunjukkan tingkat pengangguran turun lebih cepat dari estimasi ekonom, dengan peningkatan signifikan pada jumlah pekerja penuh waktu di Oktober. Hal ini mendorong dolar Australia naik 0,3% ke posisi $0,6559, sempat menyentuh $0,6565, tertinggi sejak 30 Oktober.
Pasar kini memangkas peluang pemotongan suku bunga Desember menjadi hanya 6%, mencerminkan kepercayaan terhadap ketahanan ekonomi Australia.
Di sisi lain, pelaku pasar global masih menanti rilis data ekonomi AS yang tertunda pasca penutupan sementara pemerintahan, yang dapat memicu volatilitas baru di pasar valuta asing dalam beberapa hari ke depan. *
Sumber :
Reuters
