BERIKABARNEWS l – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan bahwa industri makanan dan minuman (mamin) terus menjadi sektor andalan dalam menopang perekonomian nasional. Sektor ini memiliki potensi besar berkat sumber daya alam yang melimpah, kapasitas produksi yang kompetitif, serta meningkatnya permintaan pasar domestik.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa industri makanan dan minuman konsisten memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Industri mamin tumbuh 6,15 persen pada triwulan II 2025, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12 persen,” ungkapnya.
Pada periode yang sama, industri mamin menyumbang 41 persen dari PDB industri pengolahan nonmigas, menjadikannya subsektor dengan kontribusi paling dominan.
Selain menyerap tenaga kerja, sektor ini juga memperkuat ekspor dan daya saing nasional.
Baca Juga : PMI Manufaktur Indonesia Agustus 2025 Kembali Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Iklim Kondusif
Ekspor Capai USD18,59 Miliar dan Investasi Meningkat
Plt. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengungkapkan bahwa hingga Mei 2025, ekspor industri mamin mencapai USD18,59 miliar (termasuk minyak sawit), dengan surplus perdagangan sebesar USD13,14 miliar.
Dari sisi investasi, sektor ini mencatat nilai Rp53,17 triliun pada triwulan II 2025, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp18,97 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp34,19 triliun.
Ekspor ke Afrika dan Penguatan Pasar Global
Sebagai bagian dari upaya memperluas pasar, PT URC Indonesia melepas ekspor 10 truk kontainer berisi biskuit ke Pantai Gading, Afrika, melalui Cikarang Dry Port (28/8).
“Langkah ini menjadi contoh penting dalam memperluas pangsa pasar produk Indonesia sekaligus menjaga daya saing industri domestik agar mampu bersaing di pasar global,” jelas Putu.
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Naik
Kinerja positif juga tercermin pada Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2025, di mana sektor mamin berada di level ekspansi 54,89, naik 1,25 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan iklim usaha yang kondusif dan potensi pertumbuhan subsektor mamin yang semakin besar.
Pertumbuhan Industri Biskuit dan Substitusi Bahan Baku
Putu menambahkan bahwa subsektor biskuit terus menunjukkan pertumbuhan dengan lebih dari 100 perusahaan aktif di Indonesia. Kapasitas terpasang industri biskuit mencapai 1,72 juta ton dengan utilisasi 62 persen.
Indonesia kini berada di posisi ke-11 pasar biskuit dunia dengan kontribusi 3,59 persen, sementara ekspor biskuit tahun 2023 mencapai USD443 juta, naik 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, Kemenperin mendorong penggunaan tepung lokal seperti sagu sebagai pengganti terigu.
“Tepung sagu berpotensi menjadi bahan baku pangan fungsional karena non-gluten dan memiliki indeks glikemik rendah,” terang Putu.
Dukungan Insentif untuk Industri Mamin
Guna memperkuat daya saing, Kemenperin menyiapkan insentif seperti tax allowance untuk industri biskuit berbasis bahan lokal, super deduction tax untuk riset diversifikasi produk, peningkatan SDM melalui pelatihan, serta program restrukturisasi mesin dan peralatan. *
Sumber : Kemenperin.go.id