BERIKABARNEWS l GAZA – Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition/FFC) kembali menjadi sorotan dunia setelah mengumumkan keberangkatan 11 kapal menuju Jalur Gaza, menantang blokade ketat Israel yang telah berlangsung hampir dua dekade.
Dalam pernyataannya pada Kamis (2/10), FFC menyebutkan bahwa dua kapal berbendera Italia dan Prancis telah berlayar dari Otranto, Italia, pada 25 September dan bergabung dengan Kapal Conscience pada 30 September. Armada ini kemudian akan bertemu dengan konvoi lain bernama “Thousand Madleens to Gaza”, yang terdiri dari delapan kapal tambahan.
Misi Kemanusiaan di Tengah Ancaman Serangan Israel
Misi berani ini diluncurkan hanya sehari setelah pasukan angkatan laut Israel dilaporkan menyerang dan menyita 42 kapal bantuan yang hendak menuju Gaza, serta menahan lebih dari 450 aktivis di dalamnya.
FFC menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah mengirimkan bantuan esensial dan menarik perhatian dunia terhadap krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza akibat blokade yang terus diperketat.
Sekitar 100 aktivis dan relawan internasional ikut dalam konvoi ini, termasuk tenaga medis, jurnalis, dan perwakilan parlemen dari berbagai negara.
Baca Juga : Koalisi Armada Kebebasan Dekati Gaza, Siap Patahkan Blokade Israel dalam 4 Hari
Blokade Israel dan Krisis di Jalur Gaza
Blokade Israel terhadap Jalur Gaza telah berlangsung selama hampir 18 tahun, membatasi arus makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Kondisi ini semakin parah sejak Maret 2024, ketika seluruh perbatasan diperketat dan akses bantuan hampir tertutup.
Data terbaru menunjukkan bahwa sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Organisasi PBB menyebut Gaza kini menjadi wilayah yang “tidak layak huni”, dengan kelaparan dan wabah penyakit meluas di seluruh daerah.
Harapan di Tengah Gelombang Blokade
Dengan keberangkatan konvoi 11 kapal ini, Koalisi Armada Kebebasan berharap dapat memecah blokade dan membawa pasokan medis serta bantuan vital bagi jutaan warga Gaza yang masih bertahan hidup di bawah pengepungan.
Misi ini tidak hanya membawa barang bantuan, tetapi juga pesan moral kepada dunia internasional bahwa solidaritas kemanusiaan tidak akan padam, bahkan di tengah ancaman kekerasan dan tekanan politik. (ing)
AFP.com