BERIKABARNEWS l JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin global dalam ekonomi dan keuangan syariah, menyalip posisi saat ini yang berada di peringkat ketiga dunia. Potensi tersebut ditopang oleh besarnya nilai konsumsi, kekuatan industri halal, serta dukungan regulasi dan kebijakan nasional.
Hal itu disampaikan Airlangga saat membuka Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025 di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
“Di sektor makanan dan minuman halal, Indonesia satu-satunya negara yang menjalankan syariah full compliance, karena di sini halal bersifat wajib. Nilainya mencapai USD109 miliar atau sekitar Rp1.000 triliun. Jika ini terus kita dorong, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menyalip ke posisi nomor satu dunia,” ujar Airlangga.
Ekonomi Syariah Jadi Prioritas Nasional 2025–2045
Airlangga menjelaskan, ekonomi syariah telah tumbuh pesat di Indonesia dengan aset keuangan syariah yang menembus Rp10 ribu triliun pada tahun 2025. Pemerintah pun menetapkan sektor ini sebagai prioritas nasional dalam RPJPN 2025–2045, dengan empat fokus utama:
- Memperkuat peran keuangan syariah dalam sistem ekonomi nasional.
- Mengoptimalkan dana sosial syariah (zakat, infak, sedekah, wakaf) untuk pengentasan kemiskinan.
- Mendorong industri halal dan UMKM agar berdaya saing global.
- Membangun regulasi dan kelembagaan ekonomi syariah yang lebih kokoh dan modern.
“Ekonomi syariah bukan sekadar sistem halal-haram, tapi juga jalan menuju pembangunan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan,” tegas Airlangga.
Baca Juga : Ekonomi Digital ASEAN Capai USD263 Miliar, Airlangga Dorong DEFA
Strategi Akselerasi: KUR Syariah, Bank Bullion, dan Digitalisasi Halal
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah, pemerintah telah menyiapkan strategi akselerasi yang mencakup pembiayaan, digitalisasi, dan infrastruktur industri halal.
Salah satunya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah, yang selama sepuluh tahun terakhir (2015–2025) telah menyalurkan Rp75 triliun kepada 1,3 juta debitur.
Selain itu, Bank Bullion yang mulai beroperasi sejak Februari 2025 telah mencatatkan transaksi 45 ton emas. Emas dinilai menjadi instrumen penting dalam sistem keuangan syariah karena memiliki nilai stabil dan berfungsi sebagai underlying asset.
“Potensi produksi emas nasional mencapai 110 ton per tahun. Emas ini recession proof dan turbulent proof, serta dapat menjadi penopang ekonomi pesantren,” ujar Airlangga.
Transformasi Digital dan Ekosistem Industri Halal
Pemerintah juga mempercepat digitalisasi ekonomi syariah melalui sejumlah platform dan inovasi, antara lain:
- Integrasi sistem SIHALAL, yang hingga 2025 telah menerbitkan 5,9 juta sertifikat halal.
- Platform wakaf digital dan e-commerce halal untuk memperluas akses pasar.
- Pengembangan Pusat Informasi Terpadu Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS).
- Perluasan instrumen keuangan seperti Sukuk Bank Indonesia (SUK-BI).
Untuk memperkuat ekosistem industri halal, pemerintah juga telah mengoperasikan empat Kawasan Industri Halal (KIH) di Cikarang, Serang, Bintan, dan Sidoarjo, serta membangun Indonesia Islamic Financial Center (IIFC) sebagai pusat pengembangan keuangan syariah nasional.
“Dengan potensi besar yang dimiliki, ekonomi syariah dapat menjadi motor utama dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,” pungkas Airlangga. *
Ekon.go.id