BERIKABARNEWS l – Raksasa makanan dan minuman global Nestle berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 16.000 karyawan di seluruh dunia dalam dua tahun ke depan. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 6% dari total tenaga kerja global perusahaan.
Informasi ini dilansir dari The Straits Times, yang melaporkan bahwa langkah besar ini diambil sebagai bagian dari strategi restrukturisasi dan efisiensi operasional.
CEO Baru: Keputusan Sulit demi Adaptasi Perusahaan
CEO Nestle yang baru, Philipp Navratil, menegaskan bahwa perusahaan harus bergerak lebih cepat mengikuti perubahan industri agar tetap kompetitif.
“Dunia berubah, dan Nestle perlu berubah lebih cepat. Ini termasuk mengambil keputusan sulit namun perlu untuk mengurangi jumlah karyawan selama dua tahun ke depan,” ujar Navratil dalam siaran pers pada 16 Oktober 2025.
Dampak Global, Fokus pada Pegawai White-Collar
Juru bicara Nestle, dikutip oleh The Straits Times pada 17 Oktober, menyebutkan bahwa PHK akan memengaruhi berbagai pasar dan fungsi di seluruh dunia. Setiap negara akan menyiapkan rencana implementasinya masing-masing setelah berkonsultasi dengan serikat pekerja setempat.
Rincian PHK meliputi:
- 12.000 karyawan white-collar profesional terkena dampak restrukturisasi.
- 4.000 karyawan di sektor manufaktur dan rantai pasokan terdampak oleh inisiatif peningkatan produktivitas.
Menariknya, meskipun mengumumkan PHK besar-besaran, The Straits Times menemukan bahwa Nestle masih membuka lebih dari 15 lowongan pekerjaan di Singapura, terutama di bidang supply chain, pengadaan, dan penelitian dan pengembangan (R&D).
Gejolak Kepemimpinan Mendahului PHK
The Straits Times juga menyoroti bahwa pengumuman PHK muncul setelah periode turbulensi kepemimpinan di Nestle.
CEO Mark Schneider diberhentikan pada 2024 karena masalah kinerja.
Penggantinya, Laurent Freixe, juga dipecat setelah diketahui menjalin hubungan romantis yang tidak diungkapkan dengan bawahan langsung.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran dari para investor. Menurut laporan Financial Times (13 September), beberapa pemegang saham mempertanyakan keputusan Ketua Nestle, Paul Bulcke, bahkan menyerukan pengunduran dirinya.
Baca Juga : Verifikasi Usia Jadi Celah, Data Pengguna Discord Dibobol
Meski Efisiensi, Nestle Tetap Investasi pada Inovasi
Terlepas dari perampingan tenaga kerja, Nestle tetap berkomitmen pada pertumbuhan jangka panjang. Perusahaan berencana memperkuat pusat R&D di Singapura pada Maret 2025, dengan fokus pada:
- Produk berbasis nabati
- Kemasan berkelanjutan
- Transformasi digital
Langkah ini menunjukkan bahwa Nestle tidak hanya melakukan efisiensi, tetapi juga menyiapkan inovasi untuk masa depan industri makanan dan minuman global. *
Straitstimes.com