BERIKABARNEWS | – Harga kelapa dalam (Cocos Nucifera) di Kalimantan Barat mengalami lonjakan signifikan, mencapai Rp 6.500 per kilogram di wilayah tertentu. Peningkatan ini dipicu oleh tingginya permintaan ekspor, khususnya ke Tiongkok yang kini menjadi pasar utama komoditas tersebut.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Heronimus Hero, kenaikan harga kelapa dalam memberikan dampak positif bagi perekonomian petani lokal, terutama di sentra produksi seperti Kabupaten Sambas.
“Harga di tingkat pekebun bisa mencapai Rp 5.200 per kg, dan di daerah seperti Pemangkat bahkan menyentuh Rp 6.500 per kg. Ini sangat menguntungkan,” jelas Heronimus saat meninjau langsung aktivitas distribusi di Kecamatan Jawai.
Petani Raup Untung hingga Rp 72 Juta per Hektare per Tahun
Dengan frekuensi panen yang bisa dilakukan 6 kali dalam setahun, setiap hektare lahan kelapa dalam mampu menghasilkan sekitar 12 ton buah kelapa. Dengan harga saat ini, potensi pendapatan petani berkisar antara Rp 60 juta hingga Rp 72 juta per hektare per tahun.
“Tren ini mendorong para petani untuk kembali serius mengelola tanaman kelapa dalam,” tambah Heronimus.
Permintaan Tiongkok Dongkrak Harga Kelapa Dalam
Tiongkok menjadi pasar ekspor utama kelapa dalam asal Kalbar. Negara tersebut mengimpor berbagai produk turunan kelapa seperti:
- Minyak kelapa
- Santan instan
- Cocopeat
- Arang tempurung
Permintaan yang tinggi dari industri pengolahan di Tiongkok menyebabkan peningkatan nilai jual kelapa dalam di tingkat petani.
Pemerintah Provinsi Kalbar menyambut positif lonjakan harga ini dan berharap tren tersebut berkelanjutan dalam jangka panjang. Dukungan terhadap rantai pasok, infrastruktur distribusi, dan pelatihan budidaya kelapa menjadi fokus utama demi menjaga stabilitas produksi dan kesejahteraan petani.
“Semoga kondisi ini terus bertahan dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para pekebun kelapa dalam di Kalbar,” tutup Heronimus. *