BERIKABARNEWS l NEW YORK – Upaya Oracle Corp. memperkuat infrastruktur kecerdasan buatan (AI) menghadapi hambatan serius. Perusahaan dikabarkan menunda penyelesaian beberapa pusat data yang tengah dikembangkan untuk OpenAI, dari target awal 2027 menjadi 2028. Informasi ini dilaporkan Bloomberg News pada Jumat (12/12/2025), mengutip sumber yang mengetahui proyek tersebut.
Penundaan ini disebabkan oleh kekurangan tenaga kerja dan kendala pasokan material. Kabar ini langsung menekan pasar saham, di mana saham Oracle turun hampir 5% pada penutupan perdagangan, setara sekitar Rp78 triliun dari kapitalisasi pasar.
Dampaknya juga terasa pada perusahaan teknologi besar lainnya, seperti Nvidia, AMD, Micron, dan Arm, yang mengalami penurunan saham antara 3% hingga 6%.
Meskipun sebelumnya merupakan pemain kecil di pasar cloud, Oracle kini menjadi sorotan dalam perlombaan infrastruktur AI berkat kesepakatan senilai USD300 miliar, atau sekitar Rp4.800 triliun, dengan OpenAI, pembuat ChatGPT. Kesepakatan ini membuat nasib Oracle semakin terkait erat dengan pertumbuhan OpenAI dan perkembangan sektor AI global.
Baca Juga : Rivian Luncurkan Chip Autonomy Processor, Perkuat Ambisi Kendaraan Swakemudi
Penurunan saham Oracle berlanjut sejak laporan pendapatan perusahaan pada Rabu lalu, yang memicu aksi jual di sektor teknologi pada Kamis. Investor juga semakin khawatir terhadap pembengkakan biaya modal yang dibiayai utang untuk pembangunan infrastruktur AI.
Oracle sebelumnya memperingatkan bahwa belanja modal untuk tahun fiskal 2026 diperkirakan USD15 miliar lebih tinggi dibandingkan estimasi September lalu, atau sekitar Rp240 triliun.
Hingga berita ini diturunkan, Reuters belum dapat memverifikasi laporan secara langsung, dan Oracle maupun OpenAI belum memberikan tanggapan resmi terkait penundaan pembangunan pusat data ini. *
Sumber :
Reuters
