BERIKABARNEWS l BANGKOK – Gelombang unjuk rasa mengguncang Ibu Kota Thailand setelah ribuan demonstran turun ke jalan menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra. Aksi ini dipicu oleh bentrokan bersenjata di perbatasan Thailand-Kamboja yang menewaskan sedikitnya 36 orang dan mengakibatkan lebih dari 260.000 warga mengungsi.
Aksi massa dipusatkan di Monumen Kemenangan, Bangkok, pada Minggu sore (4/8), tak lama setelah pengadilan resmi menskors Paetongtarn menyusul bocoran percakapan pribadinya dengan mantan PM Kamboja, Hun Sen.
Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn terdengar menyebut Hun Sen sebagai “paman” dan dianggap menghina seorang jenderal militer Thailand — hal yang memicu gelombang kemarahan publik.
Meski suhu udara mencapai puncaknya, para demonstran tetap antusias. Mereka menyanyikan lagu-lagu patriotik, membawa poster-poster anti-Shinawatra, dan mendengarkan orasi dari tokoh konservatif.
Tak hanya Paetongtarn, kemarahan publik juga diarahkan pada ayahnya, Thaksin Shinawatra, eks perdana menteri yang digulingkan militer pada 2006.
Pihak kepolisian memperkirakan jumlah peserta mencapai 2.000 orang pada awal sore, dan terus bertambah saat udara mulai mendingin. Aksi ini turut dihadiri oleh anggota kelompok pro-monarki Kaus Kuning, yang dikenal sebagai oposisi garis keras keluarga Shinawatra.
Konflik perbatasan yang memicu bentrokan berdarah ini dipicu oleh sengketa wilayah yang telah berlangsung puluhan tahun.
Meskipun telah tercapai gencatan senjata melalui mediasi Malaysia pada 29 Juli 2025, rakyat menilai pemerintah gagal mengendalikan eskalasi konflik.
“Ung Ing harus pergi. Darah ada di tangannya,” ujar orator konservatif, Jittakorn Bussaba, menggunakan nama panggilan PM Paetongtarn, disambut tepuk tangan massa. “Banyak nyawa melayang karena kepemimpinan yang buruk.”
Senada, demonstran bernama Ammorn Khunthong (58) menilai keluarga Shinawatra tak lagi layak memimpin. “Mereka sudah menghancurkan masa depan negara ini. Rakyat harus bersuara.”
Sejak menjadi monarki konstitusional pada 1932, militer Thailand telah melakukan 13 kudeta berhasil, memperlihatkan pengaruh besar institusi tersebut dalam politik nasional.
Unjuk rasa terbaru ini dipandang sebagai titik balik dalam krisis politik Thailand yang kian memanas. (ing)
Sumber : AP