BERIKABARNEWS l KOTA KINABALU – Sabah mencetak sejarah dengan hadirnya Kebun Raya Nikel pertama di dunia yang berlokasi di Gardu Induk Monggis, Ranau, sekitar 150 kilometer dari Kota Kinabalu. Kebun ini menjadi bagian dari kawasan Taman Kinabalu yang telah diakui sebagai UNESCO World Heritage Site.
Menurut Anggota Dewan Pembina Taman Sabah sekaligus ahli botani Sukaibin Sumail, kebun seluas satu hektar tersebut menampung 12 spesies tanaman hiperakumulator nikel langka yang hanya ditemukan di Sabah dan beberapa wilayah lain di dunia.
Beberapa spesies tersebut antara lain Phyllanthus rufuschaneyi, Actephila alanbakeri, Rinorea bengalensis, Mischocarpus sundaicus, Psychotria sarmentosa, dan Xylosma luzonensis. Tanaman ini mampu menyerap logam nikel dari tanah dalam jumlah tinggi, sebuah fenomena unik dalam dunia botani.
Potensi Ilmiah dan Konservasi
Sukaibin menjelaskan, tanaman hiperakumulator ini berperan penting dalam penelitian, konservasi, hingga pendidikan. Bahkan, Xylosma luzonensis yang tumbuh subur di area terbuka dapat membantu mencegah erosi tanah, meski belum terbukti memiliki manfaat farmasi.
“Pohon ini mudah tumbuh, efektif mencegah erosi tanah, dan berpotensi sebagai tanaman hias di daerah tanah ultrabasa,” ujarnya.
Namun, ia menekankan bahwa keberadaan nikel dalam tanaman bisa menimbulkan risiko bagi organisme lain sehingga masih diperlukan penelitian lanjutan.
Baca Juga : Anwar Ibrahim Tegaskan Komitmen Pemerintah Madani Lanjutkan Perundingan MA63
Peran Edukasi dan Pameran Flora
Kebun Raya Nikel resmi dibuka pada 14 Juni 2014 sebagai arboretum untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, pendidikan, dan rekreasi. Taman Sabah bahkan telah memperkenalkan tanaman penghasil nikel kepada siswa sekolah melalui program penyadaran alam sejak tahun lalu.
Juli lalu, salah satu spesies, Xylosma luzonensis, turut dipamerkan dalam Festival Flora Borneo di Labuan. Dalam acara tersebut, deteksi kandungan nikel pada daun dipraktikkan menggunakan kertas khusus yang berubah warna merah muda saat bereaksi dengan logam.
Acara ini juga diresmikan oleh Zarith Sofiah, Ratu Malaysia, yang berkesempatan menguji langsung kandungan nikel pada tanaman.
Nilai Ekonomi dan Keberlanjutan
Meski berpotensi besar secara ilmiah, Sukaibin menegaskan bahwa manfaat ekonomi dari tanaman penghasil nikel ini masih dalam tahap kajian. Untuk saat ini, fokus utama kebun adalah konservasi, riset, serta penguatan posisi Sabah sebagai pusat biodiversitas dunia.
Dengan keberadaan Kebun Raya Nikel, Sabah tidak hanya menambah daftar kekayaan flora dunia, tetapi juga mempertegas perannya sebagai laboratorium alam bagi ilmu pengetahuan, konservasi, dan pendidikan global. (ing)
Sumber : Bernama.com