BERIKABARNEWS l – Konflik Rusia–Ukraina kembali meningkat setelah kedua negara saling melancarkan serangan udara pada Sabtu (13/12/2025). Eskalasi terbaru ini terjadi di tengah upaya perundingan damai yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun, namun belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Di wilayah Rusia, serangan pesawat tak berawak dilaporkan menewaskan sedikitnya dua orang di Saratov, kawasan barat daya negara tersebut. Gubernur Saratov Roman Busargin menyampaikan bahwa serangan drone menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan permukiman, termasuk fasilitas umum seperti taman kanak-kanak dan klinik kesehatan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menembak jatuh 41 pesawat tak berawak Ukraina dalam serangan semalam.
Sementara itu, dampak serangan di Ukraina dinilai lebih luas. Rusia dilaporkan meluncurkan lebih dari 450 drone serta sekitar 30 rudal yang menyasar infrastruktur energi dan fasilitas pelabuhan di sedikitnya lima wilayah. Menteri Dalam Negeri Ukraina Ihor Klymenko menyebutkan bahwa lebih dari satu juta warga terdampak pemadaman listrik akibat serangan tersebut.
Di Kota Odesa, serangan udara mengakibatkan kebakaran pada silo gandum di kawasan pelabuhan dan melukai sedikitnya dua orang. Pemerintah Ukraina bersama sejumlah negara sekutu Barat menuduh Rusia menjadikan musim dingin sebagai alat tekanan dengan menargetkan jaringan listrik, sehingga membatasi akses masyarakat terhadap pemanas, penerangan, dan air bersih menjelang musim dingin keempat sejak perang dimulai.
Baca Juga : Ancaman Konflik Meluas, Erdogan Tegaskan Laut Hitam Bukan Arena Perang
Di sisi diplomatik, perundingan damai yang dipimpin Amerika Serikat masih menghadapi hambatan serius, khususnya terkait masa depan wilayah Donbas di Ukraina timur.
Penasihat Kremlin Yuri Ushakov menegaskan bahwa Rusia berencana mempertahankan kehadiran aparat kepolisian dan Garda Nasional di wilayah tersebut, bahkan jika kesepakatan damai tercapai.
Ushakov juga menyatakan bahwa Moskow baru akan mempertimbangkan gencatan senjata apabila pasukan Ukraina menarik diri dari garis depan. Tuntutan ini diperkirakan sulit diterima oleh Kyiv dan menjadi tantangan besar bagi mediator internasional dalam mencari titik temu kedua belah pihak.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus mendorong percepatan penyelesaian konflik, sementara tim negosiator AS berupaya menyeimbangkan kepentingan Rusia dan Ukraina di tengah meningkatnya eskalasi militer di lapangan.
Di tengah situasi yang memanas tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dijadwalkan melakukan kunjungan ke Jerman pada Senin mendatang untuk pembicaraan lanjutan.
Para pemimpin Eropa diharapkan dapat memainkan peran lebih aktif dalam mendorong deeskalasi dan membuka peluang menuju proses perdamaian yang berkelanjutan. (ing)
Sumber :
AFP
