BERIKABARNEWS l ACEH – Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdatin BNPB), Abdul Muhari, memberikan pembaruan terkait penanganan banjir dan longsor besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Dalam konferensi pers di Banda Aceh, Jumat (12/12/2025), Abdul Muhari menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia hingga 12 Desember 2025 tercatat mencapai 995 jiwa.
Abdul Muhari menekankan bahwa angka tersebut berpotensi berubah karena pemerintah daerah tengah melakukan verifikasi ulang data korban secara by name by address, melibatkan catatan sipil tingkat kecamatan.
“Beberapa jasad yang ditemukan ternyata berasal dari area pemakaman dan merupakan warga yang telah meninggal sebelum bencana. Setelah verifikasi identitas, data korban dapat berkurang,” jelasnya.
Jumlah pengungsi saat ini mencapai 884.800 jiwa yang tersebar di berbagai titik pengungsian di ketiga provinsi terdampak.
Percepatan Distribusi Logistik dan Fasilitas Pengungsian
BNPB fokus mempercepat distribusi logistik dan layanan dasar bagi hampir satu juta warga terdampak. Di Aceh, pengiriman bantuan dilakukan melalui jalur udara dan darat. Pada Jumat, delapan sorti udara berhasil membawa bantuan pangan, termasuk 20 ton beras dari Bulog.
Selain itu, BNPB menargetkan agar pengungsi tidak lagi tersebar. Di Aceh Tamiang, delapan dari 30 tenda peleton dan 664 dari 984 tenda keluarga telah terpasang. Tenda terpadu ini segera dilengkapi dengan dapur umum mobile, MCK, dan toilet portable untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
Baca Juga : Kemendagri Percepat Penggantian Dokumen Warga Korban Banjir dan Longsor
Perbaikan jembatan menjadi prioritas untuk memulihkan distribusi barang dan akses transportasi. Di Aceh, empat jembatan yang menjadi perhatian Presiden terus dipercepat pembangunannya, termasuk Jembatan Teupin Reudup (Bireuen – Lhokseumawe) dan Jembatan Teupin Mane (Bireuen – Takengon) yang kini mencapai progres 88-89%.
Di Sumatera Barat, Jembatan Sikabau (Pasaman Barat) telah rampung 100% dan dapat digunakan, sehingga meningkatkan akses Malalak dari 18 persen menjadi 75 persen.
Selain itu, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) terus dijalankan di tiga provinsi untuk menekan potensi hujan lebat yang dapat menghambat pencarian, pertolongan, dan pemulihan infrastruktur. Di Sumbar, dua pesawat dikerahkan untuk menghadapi dinamika cuaca yang berpotensi memburuk.
Abdul Muhari menegaskan bahwa fase tanggap darurat kedua menargetkan pemusatan posko pengungsian dengan fasilitas lengkap sekaligus menyiapkan hunian sementara.
“Tim bekerja 24 jam. Target kami agar tenda, dapur umum, dan fasilitas pendukung dapat berfungsi secepat mungkin,” pungkasnya, menegaskan komitmen BNPB dalam penanganan bencana yang cepat dan tepat sasaran. *
Sumber :
InfoPublik.id
