BERIKABARNEWS l – Pasar saham Asia kembali menguat pada Selasa (2/12/2025), setelah sempat terhenti sehari sebelumnya. Kenaikan ini didorong ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), menyusul rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan. Investor menaruh optimisme bahwa pelonggaran kebijakan moneter The Fed dapat mendukung pertumbuhan pasar global.
Data terbaru menunjukkan perlambatan ekonomi AS, khususnya di sektor tenaga kerja, sementara inflasi mulai stabil. Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut, dengan fokus pada perlindungan lapangan kerja.
Sebagian besar bursa Asia mencatat penguatan, termasuk Hong Kong, Sydney, Seoul, Singapura, Taipei, Wellington, Manila, dan Jakarta. Shanghai tercatat sedikit melemah, sementara Tokyo berhasil memulihkan sebagian kerugian pada hari sebelumnya.
Penguatan Tokyo terjadi meski ada sentimen hawkish dari Gubernur Bank of Japan (BoJ), Kazuo Ueda, yang menyatakan kemungkinan kenaikan suku bunga Jepang pada Desember. Pernyataan tersebut sempat mendorong penguatan Yen dan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang dua tahun melampaui satu persen, level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008.
Fiona Cincotta, Analis Pasar Senior City Index, menilai komentar Ueda “dapat menandai perubahan strategi carry trade, di mana investor meminjam Yen dengan biaya rendah untuk menempatkan modal di aset berisiko tinggi.” Namun analis lain menekankan bahwa BoJ mungkin menunggu momentum negosiasi upah tahunan musim semi, sehingga keputusan Desember dianggap terlalu cepat.
Baca Juga : Pemerintah Jepang Soroti Kemerosotan Yen, Intervensi Pasar Jadi Pilihan
Fokus Investor pada Saham Teknologi dan Obligasi
Investor juga mencermati hasil lelang obligasi 10 tahun AS yang jatuh tempo pada akhir perdagangan Selasa. Lelang ini dipandang sebagai indikator sentimen yield global dan arah pasar obligasi.
Di sektor teknologi, saham Samsung Electronics melonjak lebih dari dua persen di Seoul setelah meluncurkan ponsel lipat tiga pertamanya, meski dengan harga lebih dari US$2.400. Lonjakan saham ini menunjukkan antusiasme pasar terhadap inovasi teknologi meskipun kondisi makro ekonomi sedang melambat.
Sementara itu, aset kripto seperti Bitcoin sempat terkoreksi akibat kekhawatiran pasar terkait potensi kenaikan suku bunga Jepang. Pergerakan ini mencerminkan sensitivitas aset digital terhadap perubahan likuiditas global dan ekspektasi kebijakan moneter.
Reli bursa Asia mencerminkan optimisme investor terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed, meski ketidakpastian tetap ada akibat kebijakan moneter Jepang. Dengan kombinasi data ekonomi AS yang melambat dan sinyal hati-hati dari BoJ, pasar global tetap bergerak hati-hati sambil menunggu perkembangan lebih lanjut.
Para analis memperkirakan bahwa investor akan terus memantau data ekonomi, rapat bank sentral, serta perkembangan geopolitik untuk menentukan arah perdagangan jangka pendek. Lonjakan saham teknologi dan perhatian pada obligasi AS diprediksi akan tetap menjadi fokus utama dalam beberapa hari ke depan. *
Sumber :
AFP
