BERIKABARNEWS l – Industri fesyen menjadi salah satu sektor dengan pengaruh besar terhadap gaya hidup masyarakat. Namun, di sisi lain, sektor ini juga menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelestarian lingkungan. Karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong transformasi menuju fesyen ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, pelaku IKM fesyen memiliki potensi besar untuk mengembangkan konsep industri berkelanjutan dengan memanfaatkan kekayaan budaya wastra dan kreativitas lokal.
Peluang Ekonomi Baru dari Fesyen Berkelanjutan
Menurut Menperin, transformasi industri fesyen tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru. Komunitas lokal, desainer muda, dan pelaku IKM di berbagai daerah dapat ikut terlibat.
Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) terus mengembangkan strategi penguatan industri fesyen ramah lingkungan.
Baca Juga : Kemenekraf dan Impala Network Luncurkan PL(AI)GROUND untuk Perkuat Ekosistem AI dan Ekonomi Kreatif
Sustainable Fashion Festival 2025 Jadi Aksi Nyata
Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita, menyampaikan bahwa percepatan transformasi fesyen berkelanjutan memerlukan kolaborasi lintas sektor. Salah satu wujudnya adalah Sustainable Fashion Festival (SFF) 2025 yang digelar 2–3 Agustus 2025 di Denpasar, Bali, hasil sinergi Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) dengan TRI Cycle.
Festival ini mengusung tema “Celebrate the Better Fashion” dan menghadirkan:
- Fashion show dari delapan sustainable brand.
- Pameran 17 karya pemenang Indonesia Fashion and Craft Award (IFCA).
- Workshop ecoprint, plastic fusion, dan crochet.
- Talkshow edukatif dengan 120 peserta.
- Clothes Swap yang mengumpulkan 760 kg pakaian bekas.
- Bazar IKM dengan 39 brand dari berbagai daerah, mencatat transaksi Rp58 juta.
Selain itu, tersedia Repair Corner bersama komunitas penjahit lokal serta Klinik SINI BISA untuk konsultasi legalitas usaha seperti NIB, SIINas, dan TKDN IK.
Dukungan untuk Ekosistem Kreatif dan Inklusif
Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto, menjelaskan bahwa SFF 2025 juga meluncurkan dua inisiatif baru dari TRI Cycle, yaitu Rekynd Hub dan Brickini.
- Rekynd Hub berfokus pada textile circularity, tempat pengunjung bisa menyumbang, mengolah, sekaligus membeli pakaian preloved lokal berbasis sistem berat.
- Brickini, hasil kolaborasi dengan Parongpong Raw Lab, mengolah limbah pakaian renang dari produsen swimwear di Bali.
“Inisiatif ini tidak hanya menawarkan solusi kreatif dalam pengelolaan limbah tekstil, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar melihat pakaian dari sisi fungsi dan keberlanjutan, bukan sekadar tren,” ujarnya.
Optimisme Masa Depan Fesyen Berkelanjutan
Reni menekankan bahwa antusiasme masyarakat dalam SFF 2025 menjadi bukti tumbuhnya minat pada fesyen berkelanjutan. Dengan pendekatan inklusif, Kemenperin optimistis industri fesyen Indonesia dapat berkembang menjadi lebih bertanggung jawab sekaligus berdaya saing global. *
Sumber : Kemenperin.go.id
