BERIKABARNEWS l – Sebuah insiden penembakan massal mengguncang kampus bergengsi Brown University di Providence, Rhode Island, pada Sabtu (13/12/2025) sore. Otoritas setempat mengonfirmasi bahwa dua orang tewas dan delapan lainnya mengalami luka kritis akibat serangan tersebut.
Hingga kini, pelaku penembakan masih buron, sementara aparat keamanan memberlakukan status shelter-in-place dan mengimbau masyarakat untuk tetap berada di dalam ruangan demi keselamatan.
Wali Kota Providence, Brett Smiley, menyampaikan jumlah korban dalam konferensi pers darurat. Ia menyebut dua korban meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara delapan korban lainnya berada dalam kondisi kritis namun stabil dan tengah mendapatkan perawatan intensif.
Pihak kepolisian menegaskan situasi masih berbahaya karena pelaku belum berhasil diamankan.
Wakil Kepala Kepolisian Providence, Timothy O’Hara, mengatakan tidak ada tersangka yang ditahan hingga Sabtu malam. Ia menekankan bahwa perintah shelter-in-place masih berlaku dan harus dipatuhi secara serius.
O’Hara juga meminta masyarakat untuk tidak mendekati area kampus demi menghindari risiko lanjutan serta memudahkan proses pengejaran pelaku.
Baca Juga : Kamboja Tutup Total Perbatasan dengan Thailand, Klaim Gencatan Senjata Trump Dibantah
Penembakan terjadi di Gedung Barus and Holley, fasilitas yang menampung departemen teknik dan fisika Brown University. Pihak kampus mengonfirmasi bahwa sejumlah ujian akademik dijadwalkan berlangsung di gedung tersebut saat insiden terjadi.
Universitas mengirimkan peringatan darurat kepada sivitas akademika pada pukul 4.22 sore waktu setempat, menyebut adanya penembak aktif di sekitar gedung Barus dan Holley.
Penegak hukum menggambarkan pelaku sebagai seorang pria berpakaian serba hitam yang terakhir terlihat meninggalkan gedung. Hingga saat ini, senjata api yang digunakan belum ditemukan.
Insiden ini memicu respons cepat dari berbagai lembaga federal. Federal Bureau of Investigation (FBI) mengerahkan sumber daya penuh, sementara agen dari Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) turut membantu penyelidikan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menerima pengarahan terkait penembakan tersebut. Ia menyebut insiden itu sebagai tragedi mengerikan dan menyampaikan belasungkawa kepada para korban serta keluarga mereka.
Penembakan di Brown University menambah daftar panjang kekerasan bersenjata di lingkungan pendidikan Amerika Serikat. Tragedi ini kembali memicu sorotan terhadap kebuntuan politik dalam upaya pembatasan akses terhadap senjata api, di tengah meningkatnya kekhawatiran publik akan keselamatan di kampus dan sekolah. *
Sumber :
AFP
